Atmega 8535

Pengenalan Mikrokontroler


Suatu mikrokontroller digunakan untuk mengontrol suatu proses atau aspek-aspek dari lingkungan. Satu contoh aplikasi dari mikrokontroler adalah untuk mengatur rumah kita. Ketika suhu naik, kontroller membuka jendela dan sebaliknya. Pada masanya, kontroler dibangun dari komponen-komponen logika secara keseluruhan, sehingga menjadikanya besar dan berat. Setelah itu barulah dipergunakan mikroprosesor sehingga keseluruhan kontroler masuk kedalam PCB yang cukup kecil.
Mikrokontroler AVR merupakan mikrokontroller berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computing) 8 bit. Mikrokontroller AVR didesain menggunakan arsitektur Harvard, dimana ruang dan jalur bus bagi memory program dipisahkan dengan memori data. Memori program diakses dengan single-pipelening, dimana ketika sebuah instruksi dijalankan, instruksi lain berikutnya akan di prefetch dari program memori. AVR mempunyai kepanjangan Advance Versatilc RISC atau Alf and Vegard’s RISC prosesor yang berasal dari dua nama mahasiswa yaitu Alf-Egil Bogel dan Vergerd Wollan.
AVR memiliki keunggulan dibandingkan mikrokontroller lain, keunggulan mikrokontroller AVR yaitu AVR memiliki kecepatan eksekusi program yang lebih cepat karena sebagian instruksi dieksekusi dalam satu siklus clock, lebih cepat dibandingkan dengan mikrokontroller MSC51, Mikrokontroller AVR memiliki fasilitas yang lengkap (ADC internal, EEPROM internal, timer/counter, watchdog timer, PWM, port I/O, komunikasi serial, komparartor 12C, dan lain-lain. Sehingga dengan fasilitas yang lengkap ini, programmer dan designer dapat menggunakanya untuk berbagai aplikasi sistem elektronika seperti robot, otomasi industri, peralatan telekomunikasi, dan berbagai keperluan lain. Secara umum mikrokontroller ACR dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu keluarga AT90Sxx, ATMega, dan Atiny 
Tabel Jenis Mikrokontroller AVR
Mikrokontroller AVR
Memori
Tipe
Jumlah pin
Flash
EEPROM
SRAM
Tiny AVR
8 – 32
1 – 2k
64 – 128
0 – 128
AT90Sxx
20 – 44
1 – 8k
128 – 512
0 – 1k
ATMega
32 – 64
8 – 128k
512 – 4k
512 – 4k


Fitur-fitur pada ATMega 8535
Fitur yang dimiliki ATMega 8535 sebagai berikut:
•           Saluran IO sebangak 32 buah
•           ADC 10 bit sebanyak 8 channel
•           Tiga buah timer / counter
                Memiliki 32 register
                Watcthdog Timer dengan osicilator internal
                SRAM sebanyak 512 byte, EEPROM 512 byte, memori flash sebesar 8kb
•           Sumber Interrupt internal dan external

                      Mempunyai port SPI (Serial Peripheral Interface) dan port USART (Universal   Shyncronous Ashyncronous Receiver Transmitter).


Konfigurasi pin AVR ATMega 8535


PDIP










Konfigurasi kaki (pin) ATMega 8535


Konfigurasi pin ATMega 8535 dengan kemasan 40 pin DIP (Dual In-Line package) dapat dilihat pada gambar diatas. Dari gambar diatas dapat dijelaskan fungsi dari masing-masing pin ATMega 8535 sebagai berikut:
1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan catu daya.
2. GND merupakan pin Ground
3. Port A (PA0...PA7) merupakan pin I/O dan pin ADC
4. Port B (PB0....PB7) merupakan pin I/O dan pin yang mempunyai fungsi khusus yaitu timer/counter, komparator Analog dan SPI.
5. Port C (PC0....PC7) merupakan port I/O dan pin yang mempunyai fungsi khusus yaitu komparator analog dan timer Oscillator.
6. Port D (PD0....PD7) merupakan port I/O dan pin fungsi khusus yaitu komparator analog dan interupt eksternal serta komunikasi serial.
7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroller.
8. XTAL 1 dan XTAL 2 merupakan pin masukan clock eksternal.
9. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.
10. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi untuk ADC.

Super Hidden Virus

Saya akan menceritakan pengalaman saya tenagn bagaimana file - file tugas saya tiba - tiba meghilang sewaktu menancapkan flasdisk ke laptop nakama saya. sekitar 1 jam yang lalu saya terkejut kenapa flasdisk saya yang baru saja saya tancapkan ke laptop nakama saya kok menjadi hilang filenya, sempat panik sih karena file-file tugas semua ada di situ, coba bayangin, sudah capek - capek ngerjain 3 hari 2 malam, sampai terkna flu tekena badai topan dan hembusan badai pasir, tiba - tiba lenyap begitu saja, enggak enak kan. untungnya saya muali tenang dan berusaha tabah :D. pertama - tama saya mencoba untuk mengecek apakah used spacenya masih ato udh nggak ada. untuk mengeceknya tinggal klik kanan → properties



Jika used spacenya seperti gambar diatas maka, selamat file nakama semua masih ada tapi disembunyikan oleh virus, akan tetapi jika used spacenya hanya ada beberapa kb ato malah b, maka file nakama tidak sengaja terhapus oleh antivirus (seperti yang saya alami di beberapa waktu silam ketika mau ngeprintkan tugas di warnet dan filenya tehapus oleh anti virus warnet tersebut) jika terjadi seperti itu, jika memang file itu hanya dianggap virus maka caranya seperti ini (saya mencontohkan menggunakan antivirus AVG ) Cara mengembalikan file yang terhapus oleh antivirus AVG

sekarang saya akan melanjutkan bagaimana cara mengembalikan file yang di sembunyikan oleh virus.

untuk pertama atur agar file hidden bisa di lihat (show hidden files)

Buka CMD dengan cara di search windows atau pun menggunakan windows+R

Setelah itu cmd akan muncul, sebagai contoh tadi flashdisk saya terdapat di (G:), saya akan tulis G: pada cmd
setelah itu tulis attrib -s -h -r *.* /s /d
Klik enter dan tunggu beberapa saat, setelah itu cek flashdisk nakama semua

Folder tersebut adalah folder yang disembunyikan oleh virus
Demikian adalah tutor tentang cara mengembalikan file yang disembunyikan oleh virus, bagi yang kurang jelas bisa bertanya melalui email atau bisa hubungi kontak wa saya, seian terimakasih

Sensor Cahaya

Sensor adalah komponen yang dapat digunakan untuk mengkonversi suatu besaran tertentu menjadi satuan analog sehingga dapat dibaca oleh suatu rangkaian elektronik atau sensor merupakan system yang melengkapi agar sensor tersebut mempunyai keluaran sesuai yang kita inginkan dan dapat langsung dibaca pada keluaranya. Salah satu jenis resistor yang peka terhadap perubahan cahaya adalah LDR. Resistansi LDR akan berubah seiring dengan intensitas cahaya yang mengenainya. LDR digunakan untuk mengubah energi cahaya menjadi energi saklar cahaya otomatis. Sensor Cahaya adalah alat yang digunakan untuk mengubah besaran cahaya menjadi besaran listrik. Sensor cahaya berfungsi untuk mendeteksi cahaya yang ada disekitar kita, maka LDR dapat digunakan sebagai sensor cahaya. Prinsip inilah yang akan digunakan untuk mengaktifkan transistor untuk menghidupkan LED pada lampu taman otomatis, menggerakkan motor DC pada hand dryer, Sensor pada alarm branks, Sensor pada tracker cahaya matahari, Sensor pada control arah solar cell, Sensor pada robot line follower dan menghidupkan buzzer pada alarm otomatis. Macam-macam sensor cahaya adalah sebagai berikut:

1.      LDR

Resistor peka cahaya atau fotoresistor adalah komponen elektronik yang resistansinya akan menurun jika ada penambahan intensitas cahaya yang mengenainya. Fotoresistor dapat merujuk pula pada light-dependent resistor (LDR), atau fotokonduktor. Fotoresistor dibuat dari semikonduktor beresistansi tinggi yang tidak dilindungi dari cahaya. Jika cahaya yang mengenainya memiliki frekuensi yang cukup tinggi, foton yang diserap oleh semikonduktor akan  enyebabkan elektron memiliki energi yang cukup untuk meloncat ke pita konduksi. Elektron bebas yang dihasilkan (dan pasangan lubangnya) akan mengalirkan listrik, sehingga menurunkan resistansinya. Aplikasi yang sering  enggunakan sensor ini adalah aplikasi pada lampu taman dan lampu di jalan yang bisa menyala di malam hari dan padam di siang hari secara otomatis. Atau bisa juga kita gunakan di kamar kita sendiri.

KARAKTERISTIK LDR

LDR adalah suatu bentuk komponen yang mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya. Karak teristik LDR terdiri dari dua macam yaitu Laju Recovery dan Respon Spektral:

Laju Recovery

Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya tertentu ke dalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa kita amati bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut. Namun LDR tersebut hanya akan bisa mencapai harga di kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery merupakan suatu ukuran praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi dalam waktu tertentu. Harga ini ditulis dalam K/detik, untuk LDR tipe arus harganya lebih besar dari 200K/ detik(selama 20 menit pertama mulai dari level cahaya 100 lux), kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arah sebaliknya, yaitu pindah dari tempat gelap ke tempat terang yang memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk mencapai resistansi yang sesuai dengan level cahaya 400 lux.


 Respon Spektral

LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa digunakan sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, aluminium, baja, emas dan perak. Dari kelima bahan tersebut tembaga merupakan penghantar yang paling banyak, digunakan karena mempunyai daya hantaryang baik (TEDC,1998)

BAGAIMANA SENSOR CAHAYA LDR BEKERJA

Resistansi LDR akan berubah seiring dengan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya atau yang ada disekitarnya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR sekitar 10MΩ dan dalam keadaan terang sebesar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari bahan semikonduktor seperti kadmium sulfida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang jatuh menyebabkan lebih banyak muatan yang dilepas atau arus listrik meningkat. Artinya resistansi bahan telah mengalami penurunan.

2.             PHOTOTRANSISITOR


Phototransistor merupakan transistor yang dirancang untuk menangkap cahaya dan dirakit dalam sebuah kemasan transparan. Kepekaan phototransistor jauh lebih baik daripada photodioda karena phototransistor telah memiliki penguat terintegrasi. Cahaya yang diterima menimbulkan arus pada daerah basis dari phototransistor, dan menghasilkan penguatan arus mulai dari seratus hingga beberapa ribu kali. Phototransitor menjadi populer untuk aplikasi yang hanya memiliki power optikal beberapa ratus nanowatt karena kemudahan pemakaian, murah dan kompatibel dengan level tegangan TTL. Meskipun begitu, phototransistor memiliki kekurangan dibandingkan dengan photodiode. Bandwidth frekuensi dan linearitasnya relatif terbatas serta respon spektrumnya berada antara 350 nm hingga 1100 nm. Selain itu, banyak variasi sensitifitas untuk masing-masing komponen dan sedikit pilihan kemasan standar.


2.1 Karakteristik Phototransistor

Rangkaian ekuivalen untuk phototransistor adalah terdiri dari sebuah photodiode yang outputnya diumpankan ke basis sebuah trasnsistor sinyal kecil. Berdasarkan model tersebut maka wajar jika phototransistor menunjukkan karakteristik diode maupun transistor. Karekteristik arus dan tegangan sebuah phototransistor mirip seperti transistor NPN, dengan pengecualian bahwa cahaya masuk menggantikan arus basis.

Struktur phototransistor (gambar 2) sangat mirip dengan photodiode. Pada kenyataannya, junction kolektor-basis sebuah phototransistor dapat dipakai seperti photodiode dengan hasil yang cukup memuaskan. Perbedaan utama strukturnya adalah bahwa phototransistor memiliki dua junction sedangkan photodiode hanya memiliki sebuah junction saja.

Respon Spektrum

Output sebuah phototransistor tergantung pada panjang gelombang dari cahaya yang masuk. Phototransistor bereaksi terhadap cahaya dengan range spektrum panjang gelombang yang lebar mulai dari spektrum mendekati ultraviolet, melewati spektrum cahaya tampak hingga mendekati spektrum inframerah. Tanpa filter optik, respon puncak berada disekitar spektrum inframerah (sekitar 840 nm). Respon puncak ini berada pada nilai panjang gelombang yang lebih pendek daripada photodiode tipikal. Hal tersebut karena junction difusi sebuah phototransistor terbentuk pada epitaksial dan bukan pada wafer silikon. Phototransistor akan bereaksi pada lampu fluorescent ataupun sumber cahaya umum namun menunjukkan efisiensi kopel cahaya yang lebih baik ketika dipasangkan dengan LED inframerah. Standar LED inframerah adalah GaAs (940 nm) dan GaAlAs (880 nm).

Sensitifitas

Untuk level iluminasi sumber cahaya yang diberikan, output sebuah phototransistor ditentukan oleh area yang terbuka pada junction kolektor-basis dan arus penguatan DC transistor. Junction kolektor-basis phototransistor berfungsi sebagai photodiode yang menghasilkan arus photon yang diumpan pada basis bagian transistor. Kondisi tersebut sama halnya seperti photodiode yang memperbesar region basis dan melipatgandakan


jumlah arus photon yang dihasilkan. Arus photon ini (Ip) dikuatkan oleh penguat arus DC transistor. Sesuai karakteristik transistor, nilai hFE tidaklah konstan melainkan berubah-ubah tergantung arus basis, tegangan bias dan temperatur. Pada level cahaya yang rendah, penguatan mulai dengan nilai yang kecil kemudian naik sesuai dengan peningkatan intensitas cahaya hingga puncak penguatan dicapai. Setelah mencapai nilai puncak, peningkatan intensitas cahaya akan diikuti dengan turunnya penguatan.

Linieritas

Tidak seperti photodioda yang outputnya linear terhadap cahaya yang masuk mencapai iluminasi cahaya 7 sampai 9 dekade, Arus kolektor (Ic) sebuah phototransistor adalah linear untuk iluminasi 3 sampai 4 dekade. Alasan utama atas keterbatasan ini adalah karena Penguatan DC (hFE) phototransistor fungsi perubahan arus kolektor (Ic) yang berubah tergantung oleh arus basis yang berupa arus cahaya yang masuk.

Tegangan Saturasi Kolektor-Emitor

Saturasi adalah kondisi ketika kedua junction emitor-basis dan kolektor basis sebuah phototransistor menjadi terbias maju. Dari sudut pandang praktis tegangan saturasi, VCE (SAT), adalah parameter yang menunjukkan betapa dekatnya photodetektor mendekati kondisi switch tertutup karena VCE (SAT) adalah tegangan jatuh pada detektor ketika kondisinya ON. f. Dark Current (ID) Ketika phototransistor ditempatkan dalam gelap dan tegangan diberikan pada kolektor ke emitor, sejumlah arus tertentu akan mengalir. Arus ini disebut dark current (ID). Arus ini terdiri dari arus bocor junction basis emitor yang dikalikan dengan penguatan arus DC (gain) transistor. Keberadaan arus ini mencegah phototransistor menjadi dianggap benar-benar “OFF”, atau menjadi saklar ideal yang terbuka. Dark current ditentukan sebagai arus kolektor yang diijinkan mengalir pada tegangan uji kolektor-emitor. Dark current merupakan sebuah fungsi nilai tegangan kolektoremitor dan suhu lingkungan.

Tegangan Breakdown (VBR)

Phototransistor harus dibias dengan benar agar dapat bekerja dengan baik. Tegangan yang diberikan pada phototransistor harus diperhatikan agar tidak melebihi tegangan breakdown kolektor-emitor (VBRCEO) maupun tegangan breakdown emitor-kolektor (VBRECO). Melebihi tegangan ini akan mengakibatkan kerusakan pada phototransistor. Nilai tipikal untuk VBRCEO berkisar mulai dari 20 V hingga 50 V dan nilai tipikal untuk berkisar antara 4 V hingga 6 V.

Kecepatan Respon


Kecepatan respon sebuah phototransistor didominasi hampir secara keseluruhan oleh kapasitansi juncion kolektor-basis dan nilai resistor beban. Dominasi ini berkaitan dengan Efek Miller yang mengalikan nilai time constant RC dengan penguatan arus phototransistor. Aturan tersebut berlaku untuk alat yang mempunyai area aktif yang sama, semakin tinggi penguatan oleh phototransistor, makin rendah kecepatan responnya. Sebuah phototransistor memerlukan sejumlah waktu tertentu untuk bereaksi terhadap perubahan intensitas cahaya yang tiba-tiba. Waktu respon ini biasanya dinyatakan dengan nilai rise time (tR) dan fall time (tF) (tR adalah waktu yang dibutuhkan output untuk naik dari 10% menjadi 90% pada nilai on-state-nya, dan tF adalah waktu yang dibutuhkan output untuk turun dari 90% menjadi 10% pada nilai on state nya).


referensi :
Supatmi, S. (2011). Pengaruh Sensor LDR Terhadap Pengontrolan Lampu. Majalah Ilmiah Unikom. Universitas Komputer Indonesia.
https://www.scribd.com/doc/290965132/PENGERTIAN-PHOTODIODA